“Di Internet, Media Massa Nasional (Harusnya) Kian Cepat, Akurat, Lengkap dan Mendunia,” demikian judul yang di tulis oleh mas Priyambodo, seorang wartawan senior di LKBN Antara yang juga seorang pelopor cyberjournalism di Indonesia.
Berangkat dari judul tersebut, penulis merasa tergelitik untuk melihat dari sudut pandang media massa lokal di Lampung, yang mencoba memanfaatkan Teknologi Internet (Cyber Media) dalam hal penyajian informasi yang akurat, cepat dan lengkap bahkan syukur-syukur gratis!.
Media Massa cetak kini tidak bisa mengandalkan “bisnis kertas”-nya saja . Dunia sudah berubah, Teknologi semakin canggih dengan Internet. Informasi yang cepat kini tersaji dengan mudah melalui layar PC bahkan bisa di akses mobile melalui handphone dan PDA. Untuk mengetahui informasi, orang tinggal klik, maka tersaji berbagai berita dari berbagai belahan dunia.
Bagaimana media massa cetak mengantisipsinya? Tentunya media bisa menggunakan divisi online untuk tetep bisa menyajikan berita bagi pengguna internet, sehingga mampu menyajikan informasi secara cepat. Namun, bagaimana dengan media online yang telah terlebih dahulu masuk dan menjadi langganan para netters?
DetikCom saat ini menjadi leader di pasar media online. Bahkan Koran Kompas yang begitu hebat brand awareness-nya di cetak, ketika masuk ke online melalui Kompas.com/Kompas.co.id, tak mampu menyaingi Detikcom. Detikcom kini malah menjadi “nara sumber” utama berita terkini bagi berbagai media baik itu cetak maupun media online, baik lokal maupun media nasional.
Kelebihan Detikcom sebagai Portal berita online, dengan berita yang “mengalir” per sekian detik tentunya menjadi pilihan sumber informasi Bagi sejumlah orang, terutama yang maniak berselancar di dunia maya.
“Berita baru setiap detiknya. Siapa nolak? Saat ini baru de***.com yang mampu memberikannya plus namanya pas banget dengan selling proposition (maaf nggak tahu bahasa Indonesianya yang pas) yang dibangun. Andai saja ada yang mampu memberikan berita terbaru setiap milidetiknya….pasti deh orang berbondong pindah”
Demikian di tulis oleh indra, seorang bloger, dalam komentarnya pada diskusi tentang media online di Blog Bapak Nukman (owner virus-communicationsDOTcom). Jelas disini diketahui bahwa untuk masuk dalam dunia online, media harus bisa menyajikan informasi yang cepat dan tetap menjaga akurasi serta kelengkapan beritanya.
Bagaimana dengan di lampung? Menurut tinjauan penulis, media lokal masih belum maksimal dalam mengelola media online. sebut saja misalkan dua media besar di lampung, yaitu Radar Lampung dan Lampung Post.
Radar Lampung melalui Radarlampung.co.id mencoba menamplkan kliping-kliping berita dari versi cetak mereka. Begitu pula dengan Lampung Post, mereka meng-online kan berita cetak mereka dalam versi online.
Berita aktual? Tidak ada. Sejauh pengamatan penulis, dua media tersebut belum menyajikan berita-berita aktual lewat edisi online mereka. Padahal, bagi kaum netters, berita aktuallah yang dicari diinernet sebagai bacaan pelengkap bahkan utama dalam mengkonsumsi informasi.
Media online menurut Happy Hanantoputro untuk bisa eksis setidaknya jangan melupakan 3 aspek utama:
– Jurnalisme, kaidah jurnalistik yang digunakan kebanyakan masih menggunakan pola lama (yang diterapkan di “media konvensional”).
– Komunikasi, “mengingkari” teori-teori dasar komunikasi, bahwa pesan adalah media itu sendiri, artinya media dibuat memang untuk publik, bukan untuk (selera dan ego) pengelolanya.
– Teknologi, menempatkan teknologi sebagai pembawa pesan, bukan penyampai pesan. Artinya teknologi hanya dipandang sebagai carrier.
Seperti yang disarankan Sunaryo Kusumo, masih dalam diskusi di Blog pak Nukman, menyatakan bahwa:
“Untuk skala nasional, media berita online memang tidak dapat dipungkiri telah dikuasai oleh detik.com. Oleh karena itu, kita bisa mulai menguasai pangsa pasar media online lokal saja yang masih lowong dan terbuka lebar dengan segala fasilitas yang lengkap dan bermanfaat bagi pembacanya.
Lalu bentuk juga sebuah komunitas pembaca lokal yang setia mengikuti media lokal tersebut. Bisa lewat mailing list, member card, gathering, friendster dan sebagainya. Trafiknya memang tidak akan bisa menyamai detik.com, tetapi untuk media lokal, sudah cukup apabila dia memiliki banyak pengunjung yang loyal dan beritanya dirujuk oleh media nasional, radio, tv, dsb.”
Untuk kasus lampung, penulis merasa Lampung Post dot Com bisa melihat celah ini. Sebagai media lokal, Lampungposdotcom bisa mulai menguasai pangsa pasar media online lokal yang terbuka. Kemudian membentuk komunitas-komunitas lokal yang mampu menjadi corong dalam membangun brand dot com-nya lampungpost. Dan tentu saja seperti diutarakan di awal, media online harusnya menyajikan informasi yang cepat, lengkap dan akurat bahkan gratis!