karya sahabatku : Shafitri Diniarti
Kepada Rumput-Rumput Liar
Barangkali memang harus begitu, sayang
cerita nalang kehidupan
yang kadang tak berhenti merajam
Saat nestapa dedaunan yang melantunkan
orchestra duka
pada hari yang penuh keriangan bagi raja-raja
memang, kemarin setangkai ilalang dipijak mati
bangkainya dibuang ke kali
menderas arus sungai ke muara waktu
bersama jejak-jejak kaki bisu
Lalu hilang di keriangan
Terkubur bersama waktu yang lekang
Namun, hidup mesti terus sayang
Mencencang. Mencencang dengan akarmu
dengan habamu, terus menetas di udara
seperti angin yang tak lapuk-lapuk karena usia
Juga bertahan
Meski cuaca terus menikam
Badai tak reda-reda memburai
Bertukar cerita dan kirimkan kabar
pada matahari yang terus mengulum
bibir dunia beserta keangkuhannya
Pada tuah Kitab Yang Maha Kasih
dan penglihatan-Nya yang tajam
membentang pada jajaran perdu dan kabut waktu
Sampai pada lahan yang akan menggemburkan
tiap intimu
0ktober 2006
Tinggalkan Balasan